Pada pertigaan jalan menuju Terminal Regional Km 6 Banjarmasin itulah sang bocah duduk termenung. Terdiam di median jalan setinggi 30cm sembari mendekap lutut yang dirapatkan ke dada. Tanpa jaket atau payung yang menutupi kepala, ia hening di bawah gerimis. Pukul 21.35, waktu di Banjarmasin.
Tepat saat lampu merah menyala, saat itu pulalah aku tepat berhenti di depannya. Lokasi yang sama dan gerimis yang sama. Sejurus matanya menatap dan diam, kemudian berkata...
Bang, boleh numpang? Saya mau pulang ke seberang RS Ulin.
Saya kaget sejenak, lalu memperhatikan kanan kiri, tidak ada orang lain, hanya ada sebuah mobil di depan aku. Jelas pertanyaan itu ditujukan untukku.
Ya sudah, naik. Kemana tadi?
Seberang rumah sakit ulin Bang...
Bergegas bocah itu naik dan duduk di jok belakang.
dari jam berapa di sini?
dari siang Bang...
sama siapa aja? kawan-kawan banyak?
ya... ada beberapa...
ngapain?
ngamen Bang.. di terminal
Gerimis terus saja turun, dan kami pun terus saja berlalu dibawahnya
sehari …
Tepat saat lampu merah menyala, saat itu pulalah aku tepat berhenti di depannya. Lokasi yang sama dan gerimis yang sama. Sejurus matanya menatap dan diam, kemudian berkata...
Bang, boleh numpang? Saya mau pulang ke seberang RS Ulin.
Saya kaget sejenak, lalu memperhatikan kanan kiri, tidak ada orang lain, hanya ada sebuah mobil di depan aku. Jelas pertanyaan itu ditujukan untukku.
Ya sudah, naik. Kemana tadi?
Seberang rumah sakit ulin Bang...
Bergegas bocah itu naik dan duduk di jok belakang.
dari jam berapa di sini?
dari siang Bang...
sama siapa aja? kawan-kawan banyak?
ya... ada beberapa...
ngapain?
ngamen Bang.. di terminal
Gerimis terus saja turun, dan kami pun terus saja berlalu dibawahnya
sehari …